Topics Kripto

Flippening: Akankah ETH Melampaui BTC?

Menengah
Kripto
2023ćčŽ11月9æ—„

Jika kita berbicara mengenai investasi kripto dalam jangka waktu yang cukup panjang, biasanya duaproyek blue chip berikut akan menjadi topik diskusi utama: Bitcoin dan Ethereum. Oleh karena BTC dan ETH menduduki peringkat teratas berdasarkan kapitalisasi pasar dalam semesta kripto, sangat wajar jika keduanya menjadi pilihan utama bagi siapa pun yang tertarik untuk melakukandollar cost averaging.

Terlepas dari itu, kita semua tahu bahwa baru-baru ini Ethereum berhasil mengeksekusi Merge-nya tanpa hambatan. Alhasil, spekulasi terkait masa depan mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua itu pun makin meliar di kalangan investor. Dengan peta jalan pasca-Merge yang mulai berjalan, tampaknya Ethereum sudah siap untuk menjadi platform kontrak pintar paling fungsional dalam semesta kripto. Lantas, mampukah momentum ini memajukan ETH dan membuka jalan bagi terwujudnya Flippening? Simak ulasan lengkap mengenai Flippening berikut dampaknya terhadap pasar kripto dalam artikel ini.

Apa Itu Flippening?

Flippening merupakan situasi hipotesis ketika Ethereum berhasil melampaui Bitcoin untuk menjadi mata uang kripto teratas berdasarkan kapitalisasi pasar.

Untuk mengidentifikasi peluang terjadinya Flippening, Blockchaincentre telah merangkum berbagai faktor yang dapat dipertimbangkan. Selain membandingkan kapitalisasi pasar, situs web ini juga memperhitungkan faktor seperti volume transaksi dan alamat aktif. Nyatanya, Ethereum telah membuktikan kebergunaannya karena aset tersebut mampu melampaui Bitcoin dalam hal jumlah transaksi dan biaya yang dibayarkan.

Memahami Dominansi Ethereum

Meski tidak ada indikator resmi yang mampu melacak waktu persis Flippening, dominansi Ethereum dapat digunakan untuk mengukur popularitas Ethereum dibandingkan aset lain dalam ruang kripto. Secara khusus, indikator tersebut digunakan untuk mengukur pangsa/bagian Ethereum dalam total kapitalisasi pasar mata uang kripto. Menurut level dominansi Ethereum, ETH mencapai titik tertingginya pada Juni 2017 ketika dominansi aset tersebut meningkat ke angka 25,32%. Untuk investor lama, momen tersebut merupakan golden age penawaran koin awal (initial coin offerings/ICOs) ketika banyak altcoin terlahir dari protokol Ethereum.

Sayangnya, maksimalis (maksis) Ethereum harus kecewa karena kapitalisasi pasar Bitcoin tidak menunjukkan tanda-tanda melambat sejak saat itu. Dengan pembaruan Taproot yang mampu meningkatkan privasi dan efisiensi transaksi, serta halving Bitcoin yang meningkatkan tingkat kesulitan penambang BTC secara drastis, popularitas Bitcoin pun makin meningkat. Sementara itu, faktor makroekonomi yang lebih ketat serta malapetaka seperti ledakan Terra Luna dan hancurnya FTX membuat dominansi ETH turun ke angka 19,32% pada 1 Februari 2023. Alhasil, investor jangka panjang kembali berspekulasi mengenai kemampuan Ethereum untuk melampaui Bitcoin.

Mengapa Flippening Akan Terjadi?

Tetap optimis Flippening akan terjadi? Menurut maksis Ethereum, dalam jangka panjang, Ethereum dapat melampaui kapitalisasi pasar Bitcoin karena alasan-alasan berikut:

Narasi “Minyak Digital”

Siapa pun yang bergelut di bidang kripto pasti pernah mendengar reputasi Bitcoin sebagai emas digital. Sejak altcoin diguncang oleh volatilitas, investor kripto cenderung menggunakan Bitcoin sebagai safe haven mereka dari fluktuasi harga yang ekstrem di pasar kripto. Itulah mengapa, Bitcoin dianggap sebagai aset investasi yang setara dengan emas untuk investor tradisional, terutama karena investor tradisional kerap menggunakan emas sebagai alatlindung nilai terhadap inflasi dan aset tradisional.

Terkait posisi Ethereum terhadap Bitcoin, banyak yang kini menyebutnya sebagai minyak digital. Sama seperti rantai pasokan global yang diberdayakan oleh minyak, sebagian besar transaksi kontrak pintar dalam keuangan terdesentralisasi (DeFi) pun dibiayai oleh Ether (ETH). Dimulai dari transaksi pasar NFT hingga persetujuan kontrak staking, pengguna harus membayarbiaya gas dalam ETH untuk memproses transaksi yang diinginkan. Berkat hard fork London yang memperkenalkanmekanisme pembakaran, ETH dapat dibakar dan dihapus dari peredaran setiap kali pengguna terlibat dalam transaksi kontrak pintar tersebut.

Secara umum, kebergunaan itulah yang meningkatkan peluang terjadinya Flippening. Seiring meningkatnya popularitas Ethereum pada momen bullish berikutnya, banyak orang meyakini bahwa masuknya transaksi secara besar-besaran dapat melejitkan kapitalisasi pasar Bitcoin karena lebih banyak ETH akan terbakar seiring berjalannya waktu.

Triple Halving Ethereum

Bagi Anda yang tidak familier denganhalving Bitcoin, halving merupakan momen penting ketika imbalan penambang Bitcoin dikurangi guna mengatasi inflasi dan menjaga kelangkaan aset. Mekanisme serupa juga dimiliki oleh Ethereum. Selagi Ethereum bertransisi ke mekanisme konsensus proof of stake (PoS) pasca-Merge, penerbitan ETH diperkirakan turun lebih dari 80% seiring berjalannya waktu. Pengurangan pasokan ini setara dengan lebih dari tiga halving Bitcoin, yang membuat maksis ETH menyebut fenomena tersebut triple halving. Ingin tahu bagaimana pengurangan penerbitan tersebut terjadi? Berikut beberapa faktor yang akan berkontribusi di dalamnya. 

Sejalan dengan mekanisme pembakaran, hard fork London juga mengubah sistem biaya gas. Sebelumnya, pengguna dapat memilih biaya yang ingin dibayarkan berdasarkan kecepatan transaksi. Kini, dengan mengintegrasikan peningkatan EIP-1559 pada hard fork London, pengguna harus membayar biaya dasar untuk setiap blok. Alhasil, ETH yang tadinya menguntungkan penambang kini harus dibakar dan membuat peredaran ETH menjadi berkurang, serta menimbulkan tekanan deflasi yang lebih besar pada Ethereum.

Selain itu, Ethereum pasca-Merge kini memiliki persyaratan terkait proses menjalankan node validator dalam jaringannya. Dibandingkan penambangan proof of work (PoW) yang memberikan imbalan berdasarkan kekuatan komputasi penambang, mekanisme konsensus PoS menggunakan sistem yang memberikan imbalan berdasarkan jumlah aset yang di-commit ke jaringan. 

Oleh karena Rantai Beacon telah bergabung dengan mainnet Ethereum dan Ethereum telah sepenuhnya bertransisi ke PoS, validator kini perlu staking 32 ETH agar node mereka dapat menerima imbal hasil staking. Seiring dengan bertambahnya jumlah validator yang mencadangkan ETH mereka untuk di-stake, sejumlah besar ETH diperkirakan akan dihapus dari peredaran.

Ethereum dan Kerangka Kerja ESG

Sudah menjadi rahasia umum bahwa institusi selalu menggunakan kerangka kerja Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (Environmental, Social and Governance/ESG) untuk membuat keputusan investasi. Oleh karena dana institusional kerap memengaruhi pergerakan harga kripto, proyek yang sejalan dengan pedoman ESG tentunya akan dipandang sebagai investasi berisiko rendah oleh institusi. Sayangnya, Bitcoin gagal memenuhi pedoman tersebut. Penambangan PoW yang tidak ramah lingkungan hingga sifat tata kelola terdesentralisasi Bitcoin membuat eksposur Bitcoin dianggap terlalu berisiko oleh investor institusional.

Sebaliknya, Ethereum bisa dibilang lebih sejalan dengan pedoman ESG dalam banyak hal, seperti adanya Ethereum Foundation yang bisa dijadikan tempat konsultasi, proses tata kelola terkoordinasi yang memungkinkan terjadinya pembaruan berkala, serta mekanisme konsensus seperti PoS yang dapat mengurangi level emisi Ethereum. Pada akhirnya, semua faktor itu menjadikan Ethereum lebih ramah institusi dan membuka jalan bagi miliaran asset under management (AUM) untuk diinvestasikan dalam blockchain Ethereum.

Mengapa Flippening Tidak Akan Terjadi?

Untuk mengidentifikasi potensi jangka panjang suatu proyek kripto secara objektif, pastikan Anda juga mempertimbangkan kasus bearish-nya. Berikut beberapa faktor yang membuat beberapa orang yakin bahwa Flippening tidak akan terjadi:

Pedang Bermata Dua dari Popularitas Vitalik Buterin

Beberapa pengkritik Ethereum merasa bahwa keberadaan tokoh sentral akan “mengurangi” sifat terdesentralisasi Ethereum. Jika semua hal dikontrol oleh satu entitas, siapa yang akan mengawasi otoritas entitas itu? Dalam kasus Ethereum, Vitalik Buterin adalah tokoh sentral yang digadang-gadang berperan penting dalam kesuksesan mata uang kripto tersebut, terutama karena kerendahan hati Buterin dan komitmennya terhadap Ethereum, terlepas dari kesuksesan Ethereum yang melejit pesat. 

Sayangnya, meski popularitas Buterin terbilang positif untuk Ethereum, faktor yang sama juga dapat menghancurkan mata uang kripto tersebut. Sebagaimana tindakan Elon Musk akan memengaruhi Tesla, baik ke arah positif maupun negatif, hal yang sama juga berlaku untuk Ethereum karena kredibilitas Ethereum kerap disokong oleh pernyataan Buterin. Jika sesuatu terjadi kepada Buterin, harga Ethereum pasti akan terpengaruh karena muncul kekhawatiran akan “kepemimpinan yang hilang”. Sebaliknya, Bitcoin tidak memiliki tokoh sentral karena sampai sekarang, sosok Satoshi Nakamoto masih misterius, bahkan setelah bertahun-tahun banyak orang mencoba mengungkapnya. Selain mampu menegaskan kesan terdesentralisasinya, sifat “tanpa wajah” Bitcoin mencegahnya terguncang oleh berita negatif yang menyerang pendirinya. 

Adopsi Institusional Melalui ETF

Untuk meningkatkan eksposur kripto secara menyeluruh, investor uang pintar dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi di ETF guna membeli kripto dan menghindari regulasi ketat yang menghalangi mereka untuk berinvestasi secara langsung di Bitcoin. Meski belum ada ETF spot kripto yang disetujui secara legal, Bitcoin tetap unggul karena sudah ada beberapa ETF Bitcoinfutures yang menciptakan sensasi di pasar ketika pertama kali diluncurkan. 

Jika ada ETF spot Bitcoin yang disetujui, besar kemungkinan arus masuk yang masif dari institusi akan meningkatkan harga Bitcoin dan memperbesar deviasinya dari kapitalisasi pasar Ethereum. Dengan badan pendanaan seperti Samsung Asset Management yang ingin meluncurkan ETF Bitcoin spot di bursa Hong Kong serta Ark dan 21Shares yang ingin mendapatkan persetujuan ETF Bitcoin spot, tampaknya sesaat lagi kita akan tiba pada masa ketika institusi dapat dengan bebas meningkatkan eksposur mata uang digital mereka lewat ETF spot kripto.

Apa yang Akan Terjadi pada BTC Setelah Flippening?

Meski dampak Flippening terhadap industri kripto belum diketahui dengan pasti, kami telah memperkirakan bagaimana Bitcoin akan terpengaruh jika Ethereum berhasil menyalip kapitalisasi pasarnya.

Berbeda dengan FUD dan pandangan masyarakat umum, kami yakin tidak akan ada skenario ekstrem ketika Bitcoin menjadi nol. Alih-alih, skenario yang paling mungkin terjadi adalah Bitcoin tetap menjadi aset kunci dalam lanskap kripto meski kehilangan posisi puncaknya, terutama karena level keamanan dan terdesentralisasi Bitcoin masih sulit ditandingi hingga saat ini. Dengan lebih dari ribuan node di seluruh dunia, Bitcoin masih merupakan jaringan pembayaran paling aman dan Ethereum yang berhasil melampaui kapitalisasi pasarnya pun tidak akan mengubah fakta tersebut. Oleh karena tujuan keduanya berbeda, kemungkinan besar Bitcoin akan terus menjadi pilihan investor sebagai penyimpan nilai dan statusnya sebagai “emas digital” tidak akan hilang.

Kesimpulan

Secara umum, setiap pembaruan jaringan Ethereum yang berjalan sesuai rencana akan meningkatkan potensi terjadinya Flippening. Meski Ethereum pasca-merge baru selesai 55%, nyatanya ETH telah melampaui lebih dari sepertiga kapitalisasi pasar BTC. Setelah peta jalan Ethereum selesai dan pasar bullish kembali, kemungkinan besar kita kembali menyaksikan ETH memuncaki peringkat karena volatilitas akan mengguncang harga semua aset kripto.

Enggan melewatkan peluang dan ingin menambah ETH dalam portofolio kripto Anda? Trade ETH di Bybit sekarang juga! Mulai dari pasangan Perdagangan Spot ETH/USDT, Kontrak Perpetual ETHUSDT, hingga token leveragelong ETH dan short ETH, kami menawarkan beragam instrumen yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi trading setiap pengguna. Daftarkan akun Bybit sekarang juga untuk memulai!